iseng-iseng... tulis-tulis

Seorang kawan baik memperlihatkan saya sebuah buku judulnya Sex after Dugem. Melihat covernya yang norak dan judul yang menggoda telinga siapapun yang mendengar saya tertarik membacanya. Dan ternyata oh… penulisnya saja mas Budiman Hakim. Pantaslah… karena tebalnya dan waktu itu kurang memungkinkan untuk melahap buku tersebut, kawan baik saya akhirnya menjadi guide saya dan menunjukkan salah satu bab yang ceritanya habis dalam tiga halaman. Kalau tidak salah judulnya Tuhan juga On Line ( maaf kalau keliru ). Menceritakan kisah ketika mas Budiman mengajak beberapa orang kawannya yang notabene merupakan orang – orang ahli dibidangnya untuk mencoba merambah dunia tulis menulis. Namun tanggapan dari teman – temannya sama saja, mereka tidak percaya diri untuk mencoba membuat sebuah tulisan tentang bidang – bidang yang mereka kuasai sekarang ini dan malah menjadikan para tokoh senior mereka sebagai pembanding. Inti dari bab tersebut adalah kenapa tidak untuk kita mencoba menuangkan ide – ide kita kedalam sebuah tulisan. Tidak perlu jauh – jauh bersusah payah membuat sebuah buku cukup dengan media blog saja. Dan tidak perlu malu atau tidak percaya diri dengan tulisan – tulisan sendiri walaupun pada awalnya terasa aneh. Namun lama – kelamaan tulisan – tulisan tersebut akan berkembang dan bisa dilihat jelas perbedaannya antara tulisan pertama kali dan tulisan paling akhir ditulis. Jadi pada dasarnya orisinalitas-lah yang penting disini. Dimana kita menuangkan ide – ide kedalam sebuah tulisan dengan gaya kita sendiri.

Entah apa maksud kawan baik saya itu memperlihatkan bab itu kepada saya. Yang jelas terima kasih banyak karena sekarang saya mulai mencoba menulis, dimulai dari apa yang ingin saya sampaikan. Satu lagi, salah seorang yang bisa disebut sebagai orang yang penting bagi saya berkata terkadang akan jauh lebih mudah mengungkapkan isi hati kita kedalam sebuah tulisan dari pada harus berbicara langsung. Kalimat pertama yang ingin saya tulis untuk orang ini adalah banyak cinta untukmu dari aku.

Harmoni

Aku mengenal dikau tak cukup lama separuh usiaku…

Namun begitu banyak pelajaran yang aku terima…

Kau membuatku mengerti hidup ini

Kita terlahir bagai selembar kertas putih

Tinggal ku lukis dengan tinta pesan damai

Dan terwujud harmoni…

Harmoni… salah satu lagu milik group band Padi yang dibawakan secara apik oleh Piyu yang notabene lead gitar sekaligus pencipta lagu ini. Terasa menyentuh tiap liriknya ketika saya pertama kali mendengarkan lagu ini lewat mp3 player. Ketika di dengarkan lagi lama – lama lagu ini terasa nyaman ditelinga. Perasaan nyaman ini membuat saya serasa ingin menyanyikan lagu ini untuk orang – orang terkasih. Meski suara saya jauh dari standart nilai bagus tapi yah lumayan masih bisa di dengar kok. Lagu ini merupakan perwakilan dari perasaan terimakasih saya kepada orang – orang yang selama ini telah memperhatikan saya, mencintai saya apa adanya, dan tulus menjaga saya. Ingin menangis rasanya ketika saya mendengarkan lagu ini dimalam hari ketika akan tidur… bukan maksud terlalu memuji lagu ini. Teringat akan kisah seseorang yang sangat berarti untuk saya. Betapa dia terlalu halus dan lembut untuk merasakan kasarnya ujian – ujian hidup. Namun dia tetap bertahan dengan caranya sendiri. Bagai sebuah pohon oak yang kini tumbuh tinggi diantara pepohonan lainnya di hutan. Terus tenang meskipun tertiup angin kencang sekalipun, daun – daunnya tetap segar hijau meski terik matahari menyinarinya. Akarnya kuat menembus perut bumi menopang gagah batangnya. Terasa tenang dan sangatlah indah ketika embun membasahinya. Terlihat sedemikian rupa ketika orang itu sedang duduk sendiri dan berpikir. Banyak hal yang disampaikannya, membuat saya bisa belajar lebih tentang keluarga, saudara juga teman. Bersyukur sekali saya bisa mengenal orang ini jauh lebih dalam. Kalau ada kesempatan saya ingin mempersembahkan lagu ini untuknya. Benar – benar tulus dari hati.

Segala kebaikan… tak ‘kan terhapus oleh kepahitan…

Ku lapangkan resah jiwa…

Karena ku percaya ‘kan berujung indah…